Minggu, 11 Januari 2015

Orang Asing



Dulu,bahkan untuk menatapnya saja aku enggan, untuk tersenyum dengan tulus untuknya begitu sulit. Karena aku tidak benar-benar ingin tahu tentangnya, hanya sebatas nama yang kutahu, hanya sebatas rupa yang bahkan jarang untuk ku perhatikan. Rentetan waktu kini menang, menyudutkan ku dengan sejuta kenangan  yang ternyata lebih banyak dari pada orang yang kuyakini aku suka. Aku hanya mampu meringkuk disudut dinding, menatap kosong kelayar benda mati yang kita sebut dengan handphone benda yang setelah beberapa lama tak terbentuk nama yang ku tunggu.

Dia hanya orang asing dimataku. Tapi itu dulu. Jauh sebelum dia yang menghampiri ku. Dia hanya sesosok orang asing, yang selalu ingin tahu apa kerjaku, hidupku, dan setiap cerita-ceritaku. Aku hanya mentapnya sesekali, karena ku tahu ia menatapku pula. Sungguh, begitu tinggi rasa percaya diriku! Mengapa aku mengatakan dia menatapku? Bahkan aku tak peduli jika dia menatapku. Waktu kini menang, membiarkanku kembali mengingat masa. Bagaimana perjuangan yang kita lakukan untuk semuanya. Namun tetap, selalu ada yang dikorbankan. Dan itu? Ah, kau tahu kemana aku membawa cerita ini. Tentu, mengulang waktu yang mungkin sulit untuk di ulang kembali. Kau mengerti? Tolong pahami. Dulu, dalam diam, dalam anggukan, dalam seulas senyuman, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan denganmu, membiarkanmu menjelajahi hari-hariku, yang bahkan aku sendiri tak peduli kemana takdir membawanya. Hah, bicara takdir? Kita tidak akan selesai dengan itu. Dulu, entah kenapa aku ingin menerimamu, dengan cara pengorbanan perasaanku terhadap dia yang aku suka. Dulu,kau bagai orang asing yang menjawab sapa pagiku, menatap di setiap sudut kelas, aku hanya menyukai bagian itu. Aku jahat? tak perlu kau ragukan. Begitu nyatanya, dan begitu adanya.

Kini, haha aku mebahas masa kini,lagi-lagi waktu menang, membuatnya terus kusebut dalam cerita ini. masa kini tentu saja saat ini, saat aku hanya menatap punggungmu, saat aku memaksakan kakiku melangkah menjauhi mu, saat aku memaksakan kata-kata yang membuatmu sakit, saat aku menguatkan hati ku menghancurkan dua hal secara bersamaan kau yang mencintaiku dan kenangan orang yg ku sayang. Cara berjalanmu, caramu berbicara, caramu untuk tertawa, caramu mengalah untuk setiap perdebatan yang kubuat, caramu menghapus air mataku, suara berisikmu ketika bertanya, tatapan nanarmu ketika aku mengecewakanmu, bahkan aroma parfummu, semua hal dirimu yang tanpa sadar aku mengingatnya dan kunikmati setiap harinya. kini, dengan mudahnya aku menatapmu, menikmati ceritamu, bahkan hal-hal konyol lainnya. Dan kini, aku yang bahkan tak pernah menangis karenamu, saat ini berhasil menangis seperti anak kecil kehilangan balonnya, tapi aku tak meraung, aku tak menangis tersedu-sedu, merengek minta dikembalikan, aku anak kecil yang menangis dalam diam, menikmati rasa sakit dalam hati. Kembali? Aku tahu ada ruang untuk itu. Aku tahu aku masih bisa bersamamu. 
Tapi ini bodohnya aku, tak ingin bersamamu, tak ingin kembali menikmati hari bersamamu. Kini, biarkan aku menjadi orang asing untukmu, biarkan aku menjadi orang yang menggantikan posisimu dahulu, saat kau mencintaiku. Agar kau tahu, aku belum menyerah atas perasaan ini. promise.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar