Sabtu, 01 Agustus 2015

My Blue Moon

Tanpa adanya penerangan disekitar, kakiu melangah menuju taman didekat rumah. Aku hanya ingin sendiri. Perlahan sebuah cahaya mulai memperihatkan bayanganku. Cahaya bulan, dengan berjuta bintang menemaniku. Derit kayu terdengar ketika aku mulai menduduki ayunan kecil itu, mataku menantang langit gelap “mungkin hidupku segalap langit itu” ocehku sendiri “tapi,tanpa kau sadari, berjuta-juta bintang selalu menemanimu, dan tahukah kau? Hanya ada satu bulan, yang selalu mencintai langit gelapmu” ujar suara yang tak asing disekitarku. Aku bergidik, memberanikan diri menatap suara pria itu. Dia tersenyum menujukkan deretan giginya yang rapi dan bersih “apaan sih lo, bikin jantungan aja” teriakku kesal sembari memukulnya “lo sih, gaada kerjaan apa? Duduk disini sendirian? Kalau ada yang nyulik lo gimana?” omel dia yang sudah duduk diayunan sebelahku “ yaelah, rumah gue tuuuuh, nampak juga, kalau diculik tinggal teriak aja” ujarku acuh. Dia hanya menatapku. Diam. Aku kembali menatap langit, dengan satu lirikan kecil aku melihat revan yang sudah ikut  menatap angit yang sama. “Mungkin gak yaa, jodoh gue lagi mandangin langit yang sama kaya yang gue lakuin sekarang?”pertanyaan bodoh yang kulontarkan tanpa memandangnya “mungkin aja, kenapa juga lo bisa mikir jodoh lo lagi liat langit yang sama kaya lo?” tanyanya balik “entahlah” jawabku singkat “eh, lo ingat gak? 3 tahun yang lalu lo bilang kalau hari ini blue moon kan?” sambungku “iya, jadi dari tadi lo belum tau kalau ini blue moon?”tanyanya memandangku “hahaha, menurut gue semua bulan sama aja” ujarku “tapi van, gue ragu deh” sambungku “ragu kenapa lo?” tanyanya bingung “gue ragu aja, mandang langit malam, dengan semua keindahan yang ada diatas sana, apa mungkin ada yang ngelakuin hal yang sama kaya yang gue lakuin sekarang ini?” ucapku tanpa mengharapkan jawabannya “yaampun nana, lo masih mikirin jodoh lo? Hahaha ada kok ada” jawabnya “ada? Becanda terus nih lo” ujarku kesal “ada, gue” jawabnya singkat. Aku memandangnya, menunggu jawaban atas pernyataan dari dia tadi “na, gue orang yang lagi liat langit bareng lo, dan kenapa lo masih mikir ada orang lain, lagi ngelakuin hal yang sama seperti kita? Na, gue harap gue jadi bulan yang lo harapin barusan, dibawah langit gelap, ditemani berjuta bintang, dan juga mewakili bulan indah itu, mau gak lo jadi pendamping gue?” jelasnya tanpa ragu. Mataku berkaca, terpana mendengar setiap perkataan revan, “van, kita udah temanan sejak lama, dan lo tau selama ini gue selalu nungguin lo disini, nunggu lo balik dari amerika, dan sekarang lo nanya gue mau apa enggak? Gue gak mau jawab!” ucapku lirih, aku menahan air mataku agar tidak jatuh, selama tiga tahun aku menunggu revan ditempat yang sama, di waktu yang sama, saat dia menunjukkan Blue Moon yang udah jadi sandaranku berharap dia kembali dan baru sekarang dia menyatakannya? Revan menatapku, menunggu jawaban dariku yang hanya diam. Aku tersenyum dan menangguk mantap, tanpa terasa air mataku terjatuh “serius na? Aah gue bahagia banget, loveyou nana my bluemoon”ujarnya kegirangan “mybluemoon?” tanyaku “hehe norak ya? Gapapa deh sekali ini” ujarnya dengan cengiran. Terima kasih Tuhan, kau memberikan hal yang terbaik malam ini, dengan revan disampingku. Biarkan dia menjadi bulan, dan mulai menerangi hidupku yang sudah lama redup ini :’)