Jumat, 08 Mei 2015

Boomerang

“haruskah seperti ini?” tanyaku mencari-cari jawaban dimatanya. Kosong. Diam. Dia tak menjawab pertanyaan yang sekian lamanya ku lontarkan kepadanya. “apa kau akan membiarkanku begini?” lagi-lagi aku bersuara “membiarkan aku yang bodoh ini menebak-nebak isi pikiranmu?” aku mulai menyerah, aku akan menangis. Tidak! Aku sudah menangis! Tangannya lembut menyentuh pipiku, dan hanya menatapku. Hanya dalam posisi ini kami bertahan. Perlahan bibirnya mendarat tepat dikeningku. Lembut. Membuat air mataku semakin deras mengalir. Tanganku mencengkram bajunya lebih kuat, mencoba menahannya pergi. Lalu dia berbalik, pergi, dan hanya punggung itu yang kulihat, semakin menjauh.

Drrtdrrtdrrt

Getaran handphone membuyarkan lamunanku, “haaaah, lagi-lagi aku memikirkan dia” rutukku sendiri, dan mengambil handphone, ternyata peringatan ulangtahun ryu. Aku mendesah, aku lupa ini ulangtahunnya, aku segera berlari kebawah. dan disanalah dia “heii, happy sweet nineteen, traktir aku makan” tuntutku dihadapan pria tinggi, dengan mata coklatnya yang indah. “kau selalu saja begini, kado ku dulu” desahnya sembari memberikan tangannya, seolah meminta hadiah. Ternyata dugaanku salah, tangannya yang terjulur meraih tanganku dan mulai menggandengnya. Aku mengerjap. Tanpa sadar kami berjalan beriringan menuju cafe sebelah gedung perpustakaan yang sudah menjadi langganan kami sejak 3 tahun lalu. “chocolate+vanilla ice creamnya satu dan chocomint ice creamnya satu” ucap ryu kepada pramu saji dan ia segera berlalu setelah semua pesanan dicatatnya dengan baik “jadi, siapa gadis beruntung yang akan jalan denganmu malam ini tuan ryu?” godaku antusias, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, seperti yang kutahu dia selalu membawa gadis-gadis yang sebenarnya tidak disukainya jalan dengan alasan “kasiahan mereka jika terus-terus kutolak” begitulah jawaban ryu ketika aku bertanya kenapa dia pergi bersama gadis-gadis itu. “dihadapanku” jawabnya singkat “dihadapanmu?” tanyaku ulang “kau tentu saja” jawabnya kesal “siapa? Aku” tanyaku semakin tidak percaya. “bisa kah aku berhenti menjadi beo yang tidak mengulang pernyataanku?” ryu mulai kesal, untungnya saat itu dua ice cream sudah dihadapan mereka “kenaphaa, mendadak inghhin menghajak ku pherghii” tanyaku dengan mulut penuh icecream. Dia tak menjawab. Hening. Aku berhenti bertanya dan mulai meneruskan menikmati icecream ku yang mulai mencair.

***
♬♪♫ Dia biarkan ku jatuh cinta
lalu dia pergi seenaknya
dihantui ragu tapi tak peduli
gegabah jadi alasannya
pandangan yang takkan kulupa
lama sudah aku tak punya
lalu dia pergi menunggu di paksa
dirayu untuk bicara ♩♫♬

sementara kau sibuk dengan permainanmu
dengan hati yang lain, nama yang lain
sibuk merakit bumerang tuk menyerangmu
berbalik menyerangmu
Dia bilang telah salah langkah
kekaguman keliru arah
puisi dan lagu yang sering ku tulis
hanya itu yang dia mau
tapi hati..." 


song by : Tulus - bumerang 

entah sejak kapan aku menyukai lagu ini, yang jelas itu sangat tepat untukku. Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi setelah kencan yang tak terduga antara aku dan dia, bahkan dia tak ada sedikitpun menghubungi ku. “seharusnya aku tahu, dia sama seperti prai-pria lainnya, dia tidak menginginkanku” tiga minggu berlalu dan ryu juga tidak menghubungiku. Aku mulai mencari-carinya diperpustakaan tempat kami pertama bertemu. Malam itu setelah pria itu memutuskan untuk meninggalkanku, aku menghabiskan sisa hidupku di perpustakaan dan disanalah aku bertemu ryu, yang tanpa sengaja tersandung kakiku. Perkenalan yang aneh memang tapi setelahnya kami menjadi seperti.. ah ntah lah aku tidak pernah membayangkan seperti apa hubungan ku dan ryu.

“ryuu!!!” teriakku ketika melihatnya dipersimpangan jalan, aku mulai berlari berharap bisa melihatnya, aku sungguh merindukannya “apasih yang barusan kukatakan? Rindu? Tidak! Tidak boleh!”  ucapku setengah berlari mencari sosok ryu. “hhh-hhh” aku kehabisan nafas, setelah jauh berlari akhirnya aku berhasil menemukannya. Aku kembali mengatur nafasku, perlahan, dan mulai berdiri tegak, mengedarkan seluruh pandanganku. Aku tercekat. Tak mampu bernafas. “tempat ini...” tanganku menutup mulutku yang tanpa sadar melihat keanehan disini. “ryu” panggilku tertahan “siapa? Siapa dia yang ada didepanmu itu ryu?” diam. Ryu hanya diam dan berbalik, menatapku, membiarkan seseorang dibelakangnya tertutup oleh punggungnya. “haii rea, maafkan aku” ucap ryu sambil tersenyum dan berjalan mendekatiku. Deg. Lagi, tangannya lembut menyentuh pipiku, dan mengecup keningku. “kenapa? Kenapa kau harus melakukan ini?” tanyaku mencoba menatap matanya dan tak memperdulikan orang yang dibalik punggungnya menatap kami sinis. “bukan ingin menyakiti,hanya saja dalam hal ini perasaan dia terlalu ikut campur” ucap suara dibelakang, yang sedari tadi menatap aku dan ryu. Suara itu “daniel? Apa yang kau lakukan?” aku yang menyuruh ryu menemanimu selama tiga tahun ini, karena aku tahu kau gadis rapuh yang tak bisa hidup tanpa cinta. Dan sekarang aku tahu, kau masih mencintaiku bukan? Karenanya aku meminta ryu untuk membawamu kesini, untuk memberikan salam perpisahan kepadamu rea, tunanganku tersayang” ucap daniel sinis “tidak, aku tidak akan melepaskan rea, aku tidak akan memberikannya untukmu” ucap ryu dingin. “ryu” bisikku kepadanya dan mulai menangis, berharap dia tidak akan meninggalkanku seperti pria itu meninggalkanku. “aku tidak akan meninggalkanmu rea. Aku janji!” cengkraman tangan ryu dipundakku membuatku berhenti menangis dan memunculkan keberanianku “kita sudah lama berpisah, yang aku butuhkan hanya ryu, aku tidak butuh kehadiranmu” ucapku ketus “Kau tidak pantas bersamanya!” daniel membalas “sekarang siapa yang mengemis kepadaku? Dengarkan saya tuan daniel anda membuka mata saya akan sebuah kehidupan. Apa yang sebenarnya telah anda lakukan kepada saya dahulu kini berbalik. Lihatlah, Tuhan bahkan memberikanku yang lebih baik didepan matamu sendiri. Jadi berhentilah membuat onar dan tinggalakan aku” daniel terpaku mendengar ucapan rea, gadis yang selama ini disakitinya, yang dia tinggalkan demi wanita lain, yang dia campak hanya semata demi harta. Daniel tersenyum samar, perkataan rea benar, karma kini menghampirinya dirinya, Tuhan sedang mencobanya, matanya menatap kepergian rea dan ryu “terimakasih rea, dan kau juga ryu, jagalah dia sepenuh hati mu!” ujarnya, suaranya ikut terbawa bersama angin. Daniel memilih untuk duduk ditaman dimana dia pernah menyakiti seseorang yang mencintainya. 


"Kini, seperti halnya bumerang, sejauh mana itu dilemparkan hanya kepada sang pemilik bumerang itu kembali"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar