“haruskah
seperti ini?” tanyaku mencari-cari jawaban dimatanya. Kosong. Diam. Dia tak
menjawab pertanyaan yang sekian lamanya ku lontarkan kepadanya. “apa kau akan
membiarkanku begini?” lagi-lagi aku bersuara “membiarkan aku yang bodoh ini
menebak-nebak isi pikiranmu?” aku mulai menyerah, aku akan menangis. Tidak! Aku
sudah menangis! Tangannya lembut menyentuh pipiku, dan hanya menatapku. Hanya
dalam posisi ini kami bertahan. Perlahan bibirnya mendarat tepat dikeningku.
Lembut. Membuat air mataku semakin deras mengalir. Tanganku mencengkram bajunya
lebih kuat, mencoba menahannya pergi. Lalu dia berbalik, pergi, dan hanya
punggung itu yang kulihat, semakin menjauh.
Drrtdrrtdrrt
Getaran
handphone membuyarkan lamunanku, “haaaah, lagi-lagi aku memikirkan dia” rutukku
sendiri, dan mengambil handphone, ternyata peringatan ulangtahun ryu. Aku
mendesah, aku lupa ini ulangtahunnya, aku segera berlari kebawah. dan disanalah
dia “heii, happy sweet nineteen, traktir aku makan” tuntutku dihadapan pria
tinggi, dengan mata coklatnya yang indah. “kau selalu saja begini, kado ku dulu”
desahnya sembari memberikan tangannya, seolah meminta hadiah. Ternyata dugaanku
salah, tangannya yang terjulur meraih tanganku dan mulai menggandengnya. Aku
mengerjap. Tanpa sadar kami berjalan beriringan menuju cafe sebelah gedung
perpustakaan yang sudah menjadi langganan kami sejak 3 tahun lalu.
“chocolate+vanilla ice creamnya satu dan chocomint ice creamnya satu” ucap ryu
kepada pramu saji dan ia segera berlalu setelah semua pesanan dicatatnya dengan
baik “jadi, siapa gadis beruntung yang akan jalan denganmu malam ini tuan ryu?”
godaku antusias, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, seperti yang kutahu dia
selalu membawa gadis-gadis yang sebenarnya tidak disukainya jalan dengan alasan
“kasiahan mereka jika terus-terus kutolak” begitulah jawaban ryu ketika aku
bertanya kenapa dia pergi bersama gadis-gadis itu. “dihadapanku” jawabnya
singkat “dihadapanmu?” tanyaku ulang “kau tentu saja” jawabnya kesal “siapa?
Aku” tanyaku semakin tidak percaya. “bisa kah aku berhenti menjadi beo yang
tidak mengulang pernyataanku?” ryu mulai kesal, untungnya saat itu dua ice
cream sudah dihadapan mereka “kenaphaa, mendadak inghhin menghajak ku pherghii”
tanyaku dengan mulut penuh icecream. Dia tak menjawab. Hening. Aku berhenti
bertanya dan mulai meneruskan menikmati icecream ku yang mulai mencair.
***
♬♪♫ Dia biarkan ku jatuh cinta
pandangan yang takkan kulupa
lama sudah aku tak punya
lalu dia pergi menunggu di paksa
dirayu untuk bicara ♩♫♬
“sementara kau sibuk dengan permainanmu
lalu dia pergi seenaknya
dihantui ragu tapi tak peduli
gegabah jadi alasannya
dihantui ragu tapi tak peduli
gegabah jadi alasannya
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghR9y3WYJMawpzE-vlknRKyrXSRzmF_cIjhtWJwQTzqSKB59CteHXgASzWtnmlPLBWVneUrUi59SlmfOfFNzTVBvea8xp23kDTOdjpAmHYUPD2eiRUIONFqn3yCVsY-vywBFp-ilpOSns2/s320/11_0.jpg)
lama sudah aku tak punya
lalu dia pergi menunggu di paksa
dirayu untuk bicara ♩♫♬
“sementara kau sibuk dengan permainanmu
dengan hati yang lain, nama yang lain
sibuk merakit bumerang tuk menyerangmu
berbalik menyerangmu
sibuk merakit bumerang tuk menyerangmu
berbalik menyerangmu
Dia bilang telah salah langkah
kekaguman keliru arah
puisi dan lagu yang sering ku tulis
hanya itu yang dia mau
kekaguman keliru arah
puisi dan lagu yang sering ku tulis
hanya itu yang dia mau
tapi hati..."
song by : Tulus - bumerang
entah
sejak kapan aku menyukai lagu ini, yang jelas itu sangat tepat untukku. Aku
tidak pernah bertemu dengannya lagi setelah kencan yang tak terduga antara aku
dan dia, bahkan dia tak ada sedikitpun menghubungi ku. “seharusnya aku tahu,
dia sama seperti prai-pria lainnya, dia tidak menginginkanku” tiga minggu
berlalu dan ryu juga tidak menghubungiku. Aku mulai mencari-carinya
diperpustakaan tempat kami pertama bertemu. Malam itu setelah pria itu
memutuskan untuk meninggalkanku, aku menghabiskan sisa hidupku di perpustakaan
dan disanalah aku bertemu ryu, yang tanpa sengaja tersandung kakiku. Perkenalan
yang aneh memang tapi setelahnya kami menjadi seperti.. ah ntah lah aku tidak
pernah membayangkan seperti apa hubungan ku dan ryu.
“ryuu!!!”
teriakku ketika melihatnya dipersimpangan jalan, aku mulai berlari berharap
bisa melihatnya, aku sungguh merindukannya “apasih yang barusan kukatakan?
Rindu? Tidak! Tidak boleh!” ucapku
setengah berlari mencari sosok ryu. “hhh-hhh” aku kehabisan nafas, setelah jauh
berlari akhirnya aku berhasil menemukannya. Aku kembali mengatur nafasku,
perlahan, dan mulai berdiri tegak, mengedarkan seluruh pandanganku. Aku
tercekat. Tak mampu bernafas. “tempat ini...” tanganku menutup mulutku yang
tanpa sadar melihat keanehan disini. “ryu” panggilku tertahan “siapa? Siapa dia
yang ada didepanmu itu ryu?” diam. Ryu hanya diam dan berbalik, menatapku,
membiarkan seseorang dibelakangnya tertutup oleh punggungnya. “haii rea,
maafkan aku” ucap ryu sambil tersenyum dan berjalan mendekatiku. Deg. Lagi,
tangannya lembut menyentuh pipiku, dan mengecup keningku. “kenapa? Kenapa kau
harus melakukan ini?” tanyaku mencoba menatap matanya dan tak memperdulikan
orang yang dibalik punggungnya menatap kami sinis. “bukan ingin menyakiti,hanya
saja dalam hal ini perasaan dia terlalu ikut campur” ucap suara dibelakang,
yang sedari tadi menatap aku dan ryu. Suara itu “daniel? Apa yang kau lakukan?”
aku yang menyuruh ryu menemanimu selama tiga tahun ini, karena aku tahu kau
gadis rapuh yang tak bisa hidup tanpa cinta. Dan sekarang aku tahu, kau masih
mencintaiku bukan? Karenanya aku meminta ryu untuk membawamu kesini, untuk
memberikan salam perpisahan kepadamu rea, tunanganku tersayang” ucap daniel
sinis “tidak, aku tidak akan melepaskan rea, aku tidak akan memberikannya
untukmu” ucap ryu dingin. “ryu” bisikku kepadanya dan mulai menangis, berharap
dia tidak akan meninggalkanku seperti pria itu meninggalkanku. “aku tidak akan
meninggalkanmu rea. Aku janji!” cengkraman tangan ryu dipundakku membuatku
berhenti menangis dan memunculkan keberanianku “kita sudah lama berpisah, yang
aku butuhkan hanya ryu, aku tidak butuh kehadiranmu” ucapku ketus “Kau tidak
pantas bersamanya!” daniel membalas “sekarang siapa yang mengemis kepadaku? Dengarkan
saya tuan daniel anda membuka mata saya akan sebuah kehidupan. Apa yang
sebenarnya telah anda lakukan kepada saya dahulu kini berbalik. Lihatlah, Tuhan
bahkan memberikanku yang lebih baik didepan matamu sendiri. Jadi berhentilah
membuat onar dan tinggalakan aku” daniel terpaku mendengar ucapan rea, gadis
yang selama ini disakitinya, yang dia tinggalkan demi wanita lain, yang dia
campak hanya semata demi harta. Daniel tersenyum samar, perkataan rea benar,
karma kini menghampirinya dirinya, Tuhan sedang mencobanya, matanya menatap
kepergian rea dan ryu “terimakasih rea, dan kau juga ryu, jagalah dia sepenuh
hati mu!” ujarnya, suaranya ikut terbawa bersama angin. Daniel memilih untuk
duduk ditaman dimana dia pernah menyakiti seseorang yang mencintainya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRLEAyiG7Pau5nseqNGhRvnfiiLkSAaZqTstLnCvbfn8WdMo2Pr4ANlfXwh3_e1FuU4j5ijTeXVzX2T5zHseWI3wWmxIDh2d6OiBXFP3o2nhkeNoCiRRX72PcoCrssLsbuEMTd4Cfes7IU/s200/bumerang-sonnenuntergang.jpg)
"Kini, seperti halnya bumerang, sejauh mana itu dilemparkan hanya kepada sang pemilik bumerang itu kembali"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar