rintikan hujan bahkan tak mengurangi rasa semangat membantu salah satu temanku "tolong dong, kamu yang pergi, perutku sakit" pinta rea dengan wajah yang cukup ampuh membuatku mengangguk, rea menyuruhku pergi bersama agung untuk menyelesaikan tugasnya. "iyaiyaa, udah selesai belum?" tanyaku pasrah "udah, nih!" senyumnya berkembang sembari menyerahkan flashdisk.
"PING!!!" dentingan BBM rea berbunyi, "fin, agung udah dibawah tuh, buruan turun" masih dengan style baju tidur aku turun menemui agung, hujan mulai reda "loh? rea mana? tapi dia yang sibuk bm aku?" tanya agung yang kaget, atau lebih tepatnya bingung melihatku yang turun "sakit perut" jawabku datar. "okeoke" jawab agung santai. agung mulai menghidupkan motornya "ayo naik, mau hujan lagi ini" katanya. sepanjang perjalanan hanya membahas tutupnya jalanan karena banjir. jalanan yang menurun, membuat hujan begitu terasa derasnya "aduh, salah jalan kayaknya nih" sela agung "ehh? serius? deras ni hujannya" tanyaku panik yang mulai kedinginan "iyaiya sabar kira mutar ya" kata agung menenangkan. aku mencengkram sisi baju agung, hal yang kulakukan sama siapapun yang memboncengku. "udah sampai" agung memberitahu, aku turun, duduk di ruangan yang berserakan dengan tugas-tugas. "mana flashdisk nya?" tanya agung, aku memberi flashdisk milik rea dan memberitahu dimana datanya.
tanganku mulai memeluk tanganku yang lain mencoba menghilangkan rasa dingin aku berbicara dengan ruly, dery dan ryan. "nih, pakai" agung menyodorkan jaketnya, membiarkan ku memakainya agar tidak kedinginan. dia kembali sibuk mengotak-atik tugas rea yang ternyata masih berantakan. "dia main copy aja ya?" tanya agung yang mulai kesal dengan tugas rea "hahaha iya, dia baru ngerjain tadi pagi" jawabku sekenaknya, "pantesan" jawab agung datar. 2 jam berlalu akhirnya selesai juga di edit, satu halaman lagi di cetak aku akan pulang. Gelap. "kenapa?" tanyaku langung "mati lampu fin" jawab dery " jadi itu gmana? berapa lagi? yaampun!" aku mulai meracau sendiri. semua diam, lia, dita yang baru datang merutuki padamnya listrik. "ayo kerumah tri saja, kita bawa semua kesana" celetuk lia, semua mulai merapikan kamar, aku, dita, agung dan ryan mulai bergerak melewati hujan demi tugas yang sebenarnya bukan milikku.
dengan sigap agung menyelesaikan tugas terakhir rea "udah sakit dia, haha" celetuk agung yang mengejek pucatnya mukaku didepan teman-teman yang lain. "nih, udah selesai, ayok kuantar pulang" agung memberikan tugas rea yang sudah rapi. lagi-lagi menembus hujan hingga kerumah. "makasih ya gung" ucapku setelah sampai "it's oke, aku balik ya" ucap agung dan berlalu pergi.
"fin, makasih ya makasiiih banyak, jaket siapa itu?" tanya rea yang hanya memperhatikan jaketnya agung yang lupa ku kembalikan. "punya agung"jawabku singkat "lepasin deh, aku gak suka aroma cowo" pintanya, dan aku melepas jaketnya. aku mulai berbaring dan mencoba menenangkan kepalaku yang akhir-akhir ini sering pusing. tidak lama setelah rea berceloteh dia pun akhirnya tertidur. ntah berapa lama aku tertidur, rea yang membuatku tersentak dari tidurku tertawa jahil. "mandi sana, terus kita makan, mau makan malam apa? suruh agung antar aja,aku bm dia dulu ya" tanya rea semangat. "terserah" jawabku yang masih setengah tertidur.
"kita makan bareng agung ya!" seru rea saat ku mengeringkan rambut didepan kamar "oke" jawabku singkat. "aku mau itu" aku menunjuk salah satu makanan agung "mau ini? yauda ambil aja" agung memberikan piring kecilnya "aku juga mau!" sela rea alhasil makanan nya dibagi dua untukku dan rea. "ayok, kerumah kami" sela agung di akhir-akhir kami selesai makan "gimana?" tanya rea sembari menoleh kepadaku "terserah" jawabku datar "boleh, nis ikut juga kan?" tanya rea kepada nisa "okee" nisa jawab sekenaknya. kami pun berjalan meninggalkan tempat makan menuju rumah agung dan dery.
"awas!" cengkeraman tangan agung begitu kuat menarikku "selangkah jalan lagi itu kaki udah ditabrak" tambah agung. aku hanya terdiam, jalan dituntun agung, masih terlalu terkejut dengan kejadian tadi. "udah gapapa" tri menenangkan. aku hanya tersenyum datar.
agung, sosok dingin yang entah kenapa bisa selalu jadi pelindungku, tempat curhat yang emang gabisa nyelesaikan masalah tapi setidaknya mengajarkan menerima masalah itu, guru yang disaat orang lain enggak sabar menghadapin aku yang super lama mikir ini. bersama tri, guru juga teman curhat yang berpikir logis dari yang lain, dua sisi yang dia miliki cukup nyaman dibawa dimana saja.
hal yang selalu ku dambakan,memiliki abang yang membuatku bertahan menghadapi berbagai sifat orang-orang baru yang kutemui. sepenggal kenangan yang belum ku ketahui bagaimana akhir kisahnya nanti.
Inspirated by : D.W.P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar